Beberapa Alasan Enggan Berjilbab

Beberapa Alasan Enggan Untuk Berjilbab

1. Belum Siap

Kalau ditanya “Ukhti mengapa tidak berjilbab?” jawabnya “Aku belum siap”. Lah terus kapan siapnya? Memangnya bagaimana standar kesiapan yang dimaksud sehingga “belum siap” dijadikan alasan pamungkas. Coba deh kita pikir-pikir kalau yang dimaksud belum siap itu karena ga punya baju muslim dan jilbab lalu kalau tidak diniatkan berjilbab kapan bisa punya jilbab? atau kalau belum siap itu maksudnya belum siap meninggalkan pakaian serba mini… lalu kapan siapnya kalau terus memakai pakaian mini itu?

Jadi apa donk maksudnya belum siap?

Ingat sahabatku, berjilbab itu perintah wajib langsung dari Allah Subhanahu Wata’alaa. Tertera jelas dalam Al-Qur’an Surat An-Nur : 31 dan Al – Ahzab :  59. (Ayoo dibuka al-qur’annya dan dibaca baik-baik ya ) . Kalau langsung dari Allah berarti ga ada lagi yang perlu diragukan. Dan mulai sekarang hindari alasan “belum siap” dan katakan pada diri “Aku Siap”.

“Bersiap untuk menjalankan Perintah Allah Subhanahu Wata’alaa untuk menutup aurat sebagai seorang Muslimah.”

2. Nanti Kalau Sudah Menikah

Alasan berikutnya adalah menunda dengan kata “nanti”. Yang gadis jawabnya nanti kalau sudah menikah. Yang ibu-ibu mungkin bisa jawab nanti kalau sudah tua. Dan yang nenek – nenek apa mau jawab nanti kalau sudah mati???

Kalau dinanti-nanti kapan selesai nya? sedangkan semua berujung pada kematian. Kematian hal yang tak terduga, tidak tertunda ataupun ditunda, dan tak ada yang tahu kapan kita mati. Bayangkanlah saudaraku, bagaimana bila saat ajal menjemput, kita belum juga menutup aurat. Atau bagi kaum adam bagaimana bila kelak ditanya Allah Subhanahu wata’alaa kalian sebagai seorang ayah,kakak,suami,adik tidak pernah mengajak istri,ibu,nenek,anak,kakak perempuan kalian untuk berjilbab. Apakah yang akan kita katakan pada Allah ??? adakah alasan untuk berkilah? Adakah alasan untuk katakan “Nanti” ?

Ingatlah kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang diriwayatkan dalam sebuah hadits  saat beliau melihat bagaimana siksaan penduduk neraka dan di antaranya adalah wanita yang digantung rambutnya dan otak kepalanya mendidih karena tidak menjaga rambutnya di kalangan laki-laki (bukan mahramnya).

Siapakah yang dapat menjamin kita masih dapat hidup bahkan satu jam lagi. Sungguh alangkah indah bila mulai saat ini juga kita berjilbab sebelum kematian menjemput dan tak ada lagi kesempatan tuk bertaubat.

3. Aku takut tidak istiqomah

Selanjutnya, syaitan membuat muslimah takut jika ia mengenakan jilbab kemudian ia melepasnya lagi dan tidak istiqomah. Sehingga lebih baik tidak berjilbab menurut mereka daripada hanya mengenakannya untuk acara tertentu.

Memang benar, dalam berjilbab harus istiqomah. Tapi bukan berarti “TAKUT” tidak istiqomah dijadikan alasan untuk tidak berjilbab. “Janganlah takut sebelum berperang”. Memang banyak di antara kita yang mengenakan jilbab hanya untuk sekolah, kerja, bepergian agak jauh dan kembali membukanya ketika keluar rumah walau hanya ke warung (jarak yang dekat). Tirulah niat mereka untuk menutup aurat namun kembangkanlah dengan keistiqomahan mengenakannya di manapun kita berada dan  sedekat apapun jarak dari rumah. Pokoknya yang namanya bukan mahram kita wajib menutup aurat di hadapannya.

Ketika jilbab telah dikenakan, katakanlah “Aku Istiqomah dan tidak ada alasan apapun bagiku untuk menanggalkannya”. 🙂

Jangan takut cantik,,, setiap perubahan butuh proses. Ketika kau gagal cobalah untuk bertahan dan terus mencoba hingga berhasil.

4. Yang Penting Jilbabin Hati

“Yang penting jilbabin hati daripada berjilbab tapi kelakuan masih maksiat”

Sering kita mendengar kata-kata di atas sebagai alasan atau perkataan yang digunakan untuk menyindir. Padahal jika bicara tentang akhlak dan jilbab keduanya memiliki jalur yang berbeda. Perhatikanlah ketika Allah Subhanahu Wata’alaa memerintahkan untuk berjilbab Allah tidak memberikan syarat bahwa hanya wanita baik akhlaknya,alim dan taat untuk berjilbab. Tapi  dengan berjilbab adalah suatu bentuk ketaatan,kealiman dan menjaga diri sehingga dengan sendirinya akhlak baik itu terbentuk.

“Tidak semua yang berjilbab itu shalihah tapi wanita shalihah pastilah berjilbab”

Bagaimana bila berjilbab tapi kelakuan masih buruk

1. Jangan asal menilai dari luar diri seseorang. Karena hanya Allah Subhanahu Wata’alaa yang tahu bagaimana hati seseorang

2. Jangan tiru kelakuan buruknya, dan hendaknya jadikan introspeksi bagi diri sendiri.

3. Munculkan rasa malu kepada Allah Subhanahu Wata’alaa

4. Niatkan untuk memperbaiki akhlak seiring dengan berjilbab. Bukan hanya perbaiki akhlak dan tidak berjilbab karena takut masih berkelakuan buruk. Karena sampai kapanpun kita tak pernah sempurna.